PENDAHULUAN
A. DEFINISI
Leukemia (kanker darah)
adalah jenis penyakit kanker yang menyerang sel-seldarah putih yang diproduksi
oleh sumsum tulang (bone marrow). Sumsum tulang atau bone marrow ini dalam
tubuh manusia memproduksi tiga type sel darah diantaranya seldarah putih (berfungsi sebagai daya tahan tubuh melawan
infeksi), sel darah merah(berfungsi membawa oxygen
kedalam tubuh) dan platelet (bagian kecil sel darah yangmembantu
proses pembekuan darah).
B. ETIOLOGI
Walaupun sampai
saat ini belum ada / belum ditemukan penyebab utama dari Leukemia ini, akan
tetapi ada beberapa faktor yang bisa menjadi pemicu terjadinya Leukemia pada
setiap orang, diantaranya adalah :
a. Radiasi. Hal ini berdasarkan riset pada pegawai Radiologi yang
ternyata lebih sering menderita Leukemia. Leukemia ini juga ditemukan pada
korban radiasi bom atom di Heroshima dan Nagasaki (Jepang).
b. Leukemogenik. Beberapa zat kimia telah diidentifikasi dapat mempengaruhi
frekuensi Leukemia, misalnya racun lingkungan seperti benzena, bahan kimia
industri seperti insektisida serta obat – obatan yang digunakan untuk
kemoterapi.
c. Herediter. Yang mana penderita Down Syndrom 20% lebih besar akan
terkena Leukemia daripada orang normal.
d. Virus. Ada beberapa jenis virus yang dapat menyebabkan Leukemia,
antara lain : retrovirus, virus leukemia feline, HTLV-1 pada dewasa.
C.
KLASIFIKASI
Translokasi
sel
null: limfosit yang kekurangan sel B (immunoglobulin membrane) atau penanda sel
T (pembentukan rosette-E)
Badan auer: badan berwarna merah yang
terlihat dalam sitoplasma mieloblas yang khas pada leukemia mielogenosa akut CD10:
dahulu cALLa (antigen LLA yang lazim)—kompleks glikoprotein membran
permukaan yang jelas dibawa oleh 70% limfoblas leukemia sel bukan-T(Baldy,
2006).
Klasifikasi
besar adalah leukemia akut dan kronis. Leukemia akut, dimana terdapat lebih 50%
mieloblas atau limfoblas dalam sumsum tulang pada gambaran klinis, lebih lanjut
dibagi dalam leukemia mieloid (mieloblastik) akut (AML) dan leukemia
limfoblastik akut (ALL).
Leukemia kronis
mencakup dua tipe utama, leukemia granulositik (mieloid) kronis (CGL/CML) dan
leukemia limfositik kronis (CLL). Tipe kronis lain termasuk leukemia sel
berambut, leukemia prolimfositik, dan berbagai sindroma mielodisplastik, yang
sebagian dianggap sebagai bentuk leukemia kronis dan lainnya sebagai
“pre-leukemia” (Hoffbrand and Petit, 1996).
Leukemia
limfositik disebabkan oleh produksi sel limfoid yang bersifat kanker, biasanya
dimulai di nodus limfe atau jaringan limfositik lain dan menyebar ke daerah tubuh
lainnya. Leukimia mielogenosa dimulai dengan produksi sel mielogenosa muda yang
bersifat kanker di sumsum tulang dan kemudian menyebar ke seluruh tubuh,
sehingga leukosit diproduksi di banyak organ ekstramedular, terutama di nodus
limfe, limpa, dan hati (Guyton and Hall, 2007).
D. PATOFISIOLOGI
Manifestasi
klinis penderita leukemia akut disebabkan adanya penggantian sel pada sumsum
tulang oleh sel leukemik , menyebabkan gangguan produksi sel darah merah .
Depresi produksi platelet yang menyebabkan purpura dan kecenderungan terjadinya
perdarahan . Kegagalan mekanisme pertahanan selular karena penggantian sel
darah putih oleh sel lekemik, yang menyebabkan tingginya kemungkinan untuk
infeksi .
Infiltrasi
sel-sel leukemik ke organ-organ vital seperti liver dan limpa oleh sel-sel
leukemik yang dapat menyebabkan pembesaran dari organ-organ tersebut .
(Cawson,1982).
Sedangkan
pada penderita Leukemia itu sebdiri disebabkan sbb:
· Normalnya
tulang marrow diganti dengan tumor yang malignan, imaturnya sel blast.Adanya
proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan platelet terganggu sehingga akan
menimbulkan anemia dan trombositipenia.
· Sistem
retikuloendotelial akan terpengaruh dan menyebabkan gangguan sistem
pertahanan tubuh dan mudah mengalami infeksi.
pertahanan tubuh dan mudah mengalami infeksi.
· Manifestasi
akan tampak pada gambaran gagalnya bone marrow dan infiltrasi organ, sistem
saraf pusat. Gangguan pada nutrisi dan metabolisme. Depresi sumsum tulang yang
akan berdampak pada penurunan lekosit, eritrosit, faktor pembekuan dan
peningkatan tekanan jaringan.
· Adanya infiltrasi
pada ekstra medular akan berakibat terjadinya pembesaran hati, limfe,nodus
limfe, dan nyeri persendian.
E.
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit
leukemia adalah sebagai berikut:
§ Pilek tidak
sembuh-sembuh& sakit kepala.
§ Pucat, lesu, mudah terstimulasi, Merasa lemah atau letih.
§ Demam, keringat malam dan anorexia
§ Berat badan menurun
§ Ptechiae, memar tanpa sebab, Mudah berdarah dan lebam
(gusi berdarah, bercak
keunguan di kulit, atau
bintik-bintik merah kecil di bawah kulit)
§ Nyeri pada tulang dan persendian
§ Nyeri abdomen, Pembengkakan atau rasa tidak nyaman di perut
(akibat pembesaran limpa).
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG (DIAGNOSTIK)
1. Hitung darah lengkap : menunjukkan normositik, anemia normositik
2. Hemoglobulin : dapat kurang dari 10 gr/100ml
3. Retikulosit : jumlah biasaya rendah
4. Trombosit : sangat rendah (< 50000/mm)
5. SDP : mungkin lebih dari 50000/cm dengan peningkatan SDP immatur
6. PTT : memanjang
7. LDH : mungkin meningkat
8. Asam urat serum : mungkin meningkat
9. Muramidase serum : pengikatan pada leukemia monositik
akut dan mielomonositik
10. Copper serum : meningkat
11. Zink serum : menurun
12. Foto dada dan biopsi nodus limfe : dapat mengindikasikan
derajat keterlibatan.
G. KOMPLIKASI
·
Leukemia Granulositik
Kronik: Komplikasi
Posted
on Mei 7, 2010 by adminhnyw
Leukemia
granulositik kronik (LGK) dapat menyebabkan berbagai komplikasi,
diantaranya
yaitu:
·
Kelelahan (fatigue).
Jika leukosit yang abnormal menekan sel-sel darah merah, maka anemia dapat
terjadi. Kelelahan merupakan akibat dari kedaan anemia tersebut. Proses terapi
LGK juga dapat meyebabkan penurunan jumlah sel darah merah.
·
Pendarahan (bleeding).
Penurunan jumlah trombosit dalam darah (trombositopenia) pada keadaan LGK dapat
mengganggu proses hemostasis. Keadaan ini dapat menyebabkan pasien mengalami
epistaksis, pendarahan dari gusi, ptechiae, dan hematom.
·
Rasa sakit (pain).
Rasa sakit pada LGK dapat timbul dari tulang atau sendi. Keadaan ini disebabkan
oleh ekspansi sum-sum tulang dengan leukosit abnormal yang berkembang pesat.
·
Pembesaran Limpa
(splenomegali). Kelebihan sel-sel darah yang diproduksi saat keadaan LGK
sebagian berakumulasi di limpa. Hal ini menyebabkan limpa bertambah besar,
bahkan beresiko untuk pecah.
·
Stroke atau clotting
yang berlebihan (excess clotting). Beberapa pasien dengan kasus LGK memproduksi
trombosit secara berlebihan. Jika tidak dikendalikan, kadar trombosit yang
berlebihan dalam darah (trombositosis) dapat menyebabkan clot yang abnormal dan
mengakibatkan stroke.
·
Infeksi. Leukosit yang
diproduksi saat keadaan LGK adalah abnormal, tidak menjalankan fungsi imun yang
seharusnya. Hal ini menyebabkan pasien menjadi lebih rentan terhadap infeksi.
Selain itu pengobatan LGK juga dapat menurunkan kadar leukosit hingga terlalu
rendah, sehingga sistem imun tidak efektif.
H.
PENATALAKSANAAN
1. Pelaksanaan kemoterapi
Sebagian besar pasien leukemia
menjalani kemoterapi. Jenis pengobatan kanker ini menggunakan obat-obatan untuk
membunuh sel-sel leukemia. Tergantung pada jenis leukemia, pasien bisa
mendapatkan satu jenis obat atau kombinasi dari dua obat atau lebih.
Pasien leukemia bisa mendapatkan kemoterapi dengan berbagai
cara:
· Melalui
mulut
· Dengan
suntikan langsung ke pembuluh darah balik (atau intravena).
· Melalui
kateter (tabung kecil yang fleksibel) yang ditempatkan di dalam pembuluh darah
balik
besar, seringkali di dada bagian atas – Perawat akan
menyuntikkan obat ke dalam kateter, untuk menghindari suntikan yang berulang
kali. Cara ini akan mengurangi rasa tidak nyaman dan/atau cedera pada pembuluh
darah balik/kulit.
· Dengan
suntikan langsung ke cairan cerebrospinal – jika ahli patologi menemukan
sel-sel leukemia dalam cairan yang mengisi ruang di otak dan sumsum tulang
belakang, dokter bisa memerintahkan kemoterapi intratekal. Dokter akan
menyuntikkan obat langsung ke dalam cairan cerebrospinal. Metode ini digunakan
karena obat yang diberikan melalui suntikan IV atau diminum seringkali tidak
mencapai sel-sel di otak dan sumsum tulang belakang.
2. Terapi Biologi
Orang dengan jenis penyakit leukemia
tertentu menjalani terapi biologi untuk meningkatkan daya tahan alami tubuh
terhadap kanker. Terapi ini diberikan melalui suntikan di dalam pembuluh darah
balik. Bagi pasien dengan leukemia limfositik kronis, jenis terapi biologi yang
digunakan adalah antibodi monoklonal yang akan mengikatkan diri pada sel-sel
leukemia. Terapi ini memungkinkan sistem kekebalan untuk membunuh sel-sel
leukemia di dalam darah dan sumsum tulang. Bagi penderita dengan leukemia
myeloid kronis, terapi biologi yang digunakan adalah bahan alami bernama
interferon untuk memperlambat pertumbuhan sel-sel leukemia.
3. Terapi Radiasi
Terapi Radiasi (juga disebut sebagai
radioterapi) menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel
leukemia. Bagi sebagian besar pasien, sebuah mesin yang besar akan mengarahkan
radiasi pada limpa, otak, atau bagian lain dalam tubuh tempat menumpuknya
sel-sel leukemia ini. Beberapa pasien mendapatkan radiasi yang diarahkan ke
seluruh tubuh. (Iradiasi seluruh tubuh biasanya diberikan sebelum transplantasi
sumsum tulang.)
4. Transplantasi Sel Induk (Stem Cell)
4. Transplantasi Sel Induk (Stem Cell)
Beberapa pasien leukemia menjalani
transplantasi sel induk (stem cell). Transplantasi sel induk memungkinkan
pasien diobati dengan dosis obat yang tinggi, radiasi, atau keduanya. Dosis
tinggi ini akan menghancurkan sel-sel leukemia sekaligus sel-sel darah normal
dalam sumsum tulang. Kemudian, pasien akan mendapatkan sel-sel induk (stem
cell) yang sehat melalui tabung fleksibel yang dipasang di pembuluh darah balik
besar di daerah dada atau leher. Sel-sel darah yang baru akan tumbuh dari
sel-sel induk (stem cell) hasil transplantasi ini.
Setelah transplantasi sel induk (stem
cell), pasien biasanya harus menginap di rumah sakit selama beberapa minggu.
Tim kesehatan akan melindungi pasien dari infeksi sampai sel-sel induk (stem
cell) hasil transplantasi mulai menghasilkan sel-sel darah putih dalam jumlah
yang memadai.
Terdapat tiga fase pelaksanaan kemoterapi :
a. Fase induksiDimulasi 4-6 minggu setelah diagnosa
ditegakkan. Pada fase ini diberikan terapi kortikostreroid (prednison),
vincristin dan L-asparaginase. Fase induksi dinyatakan behasil jika tanda-tanda
penyakit berkurang atau tidak ada dan dalam sumsum tulang ditemukan jumlah sel
muda kurang dari 5%.
b. Fase Profilaksis Sistem saraf pusatPada fase ini
diberikan terapi methotrexate, cytarabine dan hydrocotison melaui intrathecal
untuk mencegah invsi sel leukemia ke otak. Terapi irradiasi kranial dilakukan
hanya pada pasien leukemia yang mengalami gangguan sistem saraf pusat.
c. KonsolidasiPada fase ini kombinasi pengobatan
dilakukan unutk mempertahankan remisis dan mengurangi jumlah sel-sel leukemia
yang beredar dalam tubuh. Secara berkala, mingguan atau bulanan dilakukan
pemeriksaan darah lengkap untuk menilai respon sumsum tulang terhadap
pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka pengobatan dihentikan sementara
atau dosis obat dikurangi.
KONSEP ASKEP
A.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Resiko
infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh.
2. Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia.
3. Resiko
terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah
trombosit.
trombosit.
4. Resiko
tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah.
5. Perubahan
membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek samping
agen kemoterapi
6. Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia,
malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis.
malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis.
7. Nyeri
yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia.
8. Kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi,
radioterapi, imobilitas.
radioterapi, imobilitas.
9. Gangguan
citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada
penampilan.
penampilan.
10. Perubahan proses
keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita
leukemia.
leukemia.
11. Antisipasi berduka berhubungan dengan perasaan
potensial kehilangan anak.
B. INTERVENSI KEPERAWATAN
a) Resiko infeksi
berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
Tujuan : Anak tidak mengalami
gejala-gejala infeksi.
Intervensi : Pantau suhu dengan
teliti
Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan
infeksi
Tempatkan Px dalam ruangan khusus
Rasional : untuk meminimalkan
terpaparnya Px dari sumber infeksi
· Anjurkan semua pengunjung dan staff rumah sakit untuk
menggunakan teknik mencuci tangan dengan baik.
Rasional : untuk meminimalkan pajanan
pada organisme infektif.
Gunakan teknik aseptik yang cermat
untuk semua prosedur invasive
Rasional : untuk mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko infeksi
Rasional : untuk mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko infeksi
Evaluasi keadaan anak terhadap
tempat-tempat munculnya infeksi seperti tempat
penusukan jarum, ulserasi mukosa, dan masalah gigi.
penusukan jarum, ulserasi mukosa, dan masalah gigi.
Rasional : untuk intervensi dini
penanganan infeksi.
Inspeksi
membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan baik
Rasional : rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan organism
Rasional : rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan organism
· Berikan periode istirahat tanpa gangguan
Rasional : menambah energi untuk
penyembuhan dan regenerasi seluler.
Berikan diet lengkap nutrisi
sesuai usia.
Rasional : untuk mendukung pertahanan
alami tubuh.
Berikan antibiotik sesuai ketentuan
Rasional : diberikan sebagai
profilaktik atau mengobati infeksi khusus.
b) Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
Tujuan : terjadi peningkatan toleransi
aktifitas
Intervensi :
Evaluasi laporan kelemahan,
perhatikan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam aktifitas sehari-hari.
Rasional : menentukan derajat dan efek
ketidakmampuan.
Berikan lingkungan tenang dan perlu
istirahat tanpa gangguan
Rasional : menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau penyambungan jaringan.
Rasional : menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau penyambungan jaringan.
Kaji kemampuan untuk berpartisipasi
pada aktifitas yang diinginkan atau dibutuhkan.
Rasional : mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu pemilihan intervensi.
Rasional : mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu pemilihan intervensi.
Berikan bantuan dalam aktifitas
sehari-hari dan ambulasi
Rasional : memaksimalkan sediaan energi
untuk tugas perawatan diri
c) Resiko terhadap cedera/perdarahan yang berhubungan dengan
penurunan jumlah trombosit
Tujuan : klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan
Tujuan : klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan
Intervensi :
Gunakan semua tindakan untuk mencegah
perdarahan khususnya pada daerah ekimosis.
Rasional : karena perdarahan memperberat kondisi anak dengan adanya anemia.
Rasional : karena perdarahan memperberat kondisi anak dengan adanya anemia.
Cegah
ulserasi oral dan rectal.
Rasional : karena kulit yang luka
cenderung untuk berdarah.
Gunakan jarum yang
kecil pada saat melakukan injeksi.
Rasional : untuk mencegah perdarahan
Menggunakan sikat gigi yang lunak dan
lembut
Rasional : untuk mencegah perdarahan
Laporkan setiap tanda-tanda perdarahan
(tekanan darah menurun, denyut nadi cepat, dan pucat).
Rasional : untuk memberikan intervensi
dini dalam mengatasi perdarahan.
Hindari
obat-obat yang mengandung aspirin.
Rasional : karena aspirin mempengaruhi
fungsi trombosit.
Ajarkan orang tua dan anak yang lebih
besar ntuk mengontrol perdarahan hidung.
Rasional : untuk mencegah perdarahan.
Rasional : untuk mencegah perdarahan.
d) Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan
dengan mual dan munta
Tujuan : - Tidak terjadi kekurangan volume cairan
Tujuan : - Tidak terjadi kekurangan volume cairan
- Pasien
tidak mengalami mual dan muntah
Intervensi :
· Berikan antiemetik awal sebelum dimulainya
kemoterapi
Rasional : untuk mencegah mual dan
muntah
· Berikan antiemetik secara teratur pada waktu dan program
kemoterapi
Rasional : untuk mencegah episode
berulang
· Kaji respon Px terhadap anti emetic.
Rasional : karena tidak ada obat
antiemetik yang secara umum berhasil.
· Hindari memberikan makanan yang beraroma menyengat
Rasional : bau yang menyengat dapat
menimbulkan mual dan muntah
· Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional : karena jumlah kecil biasanya
ditoleransi dengan baik
· Berikan cairan intravena sesuai ketentuan
Rasional : untuk mempertahankan hidrasi
e) Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan
dengan efek samping agen kemoterapi.
Tujuan : pasien tidak mengalami
mukositis oral
Intervensi :
· Inspeksi mulut setiap hari untuk adanya ulkus oral
Rasional : untuk mendapatkan tindakan
yang segera
· Hindari mengukur suhu oral
Rasional : untuk mencegah trauma
· Gunakan sikat gigi berbulu lembut, aplikator berujung kapas,
atau jari yang dibalut kasa
Rasional : untuk menghindari trauma
Rasional : untuk menghindari trauma
· Berikan pencucian mulut yang sering dengan cairan salin
normal atau tanpa larutan
bikarbonat
Rasional : untuk menuingkatkan penyembuhan
bikarbonat
Rasional : untuk menuingkatkan penyembuhan
· Gunakan pelembab bibir
Rasional : untuk menjaga agar bibir
tetap lembab dan mencegah pecah-pecah (fisura)
· Hindari penggunaan larutan lidokain pada anak kecil.
Rasional : karena bila digunakan pada
faring, dapat menekan refleks muntah yang
mengakibatkan resiko aspirasi dan dapat menyebabkan kejang.
mengakibatkan resiko aspirasi dan dapat menyebabkan kejang.
· Berikan diet cair, lembut dan lunak
Rasional : agar makanan yang masuk
dapat ditoleransi anak
· Inspeksi mulut setiap hari
Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan
infeksi
· Dorong masukan cairan dengan menggunakan sedotan
Rasional : untuk membantu melewati area
nyeri
· Hindari penggunaa swab gliserin, hidrogen peroksida dan susu
magnesia
Rasional : dapat mengiritasi jaringan
yang luka dan dapat membusukkan gigi,
memperlambat penyembuhan dengan memecah protein dan dapat mengeringkan mukosa.
memperlambat penyembuhan dengan memecah protein dan dapat mengeringkan mukosa.
· Berikan obat-obat anti infeksi sesuai ketentuan
Rasional : untuk mencegah atau
mengatasi mukositis
· Berikan analgetik
Rasional : untuk mengendalikan nyeri
f) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi
dan atau stomatitis
Tujuan : pasien mendapat nutrisi yang
adekuat
Intervensi :
· Dorong
orang tua untuk tetap rileks pada saat anak makan
Rasional : jelaskan bahwa hilangnya
nafsu makan adalah akibat langsung dari mual dan muntah serta kemoterapi.
· Izinkan
anak memakan semua makanan yang dapat ditoleransi, rencanakan untuk
memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan anak meningkat
memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan anak meningkat
Rasional : untuk mempertahankan nutrisi
yang optimal
· Berikan
makanan yang disertai suplemen nutrisi gizi, seperti susu bubuk atau suplemen
yang dijual bebas
Rasional : untuk memaksimalkan kualitas
intake nutrisi
Izinkan anak untuk terlibat
dalam persiapan dan pemilihan makanan
Rasional : untuk mendorong agar anak
mau makan
Dorong
masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering
Rasional : karena jumlah yang kecil
biasanya ditoleransi dengan baik
· Dorong
pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient
Rasional : kebutuhan jaringan metabolik
ditingkatkan begitu juga cairan untuk
menghilangkan produk sisa suplemen dapat memainkan peranan penting dalam mempertahankan masukan kalori dan protein yang adekuat.
menghilangkan produk sisa suplemen dapat memainkan peranan penting dalam mempertahankan masukan kalori dan protein yang adekuat.
· Timbang
BB, ukur TB dan ketebalan lipatan kulit trisep
Rasional : membantu dalam
mengidentifikasi malnutrisi protein kalori, khususnya bila BB dan pengukuran
antropometri kurang dari normal.
g). Nyeri yang
berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia
Tujuan : pasien tidak mengalami nyeri
atau nyeri menurun sampai tingkat yang dapat
diterima anak
Intervensi :
· Mengkaji tingkat nyeri dengan skala 0 sampai 5
Rasional : informasi memberikan data
dasar untuk mengevaluasi kebutuhan atau
keefektifan intervensi
keefektifan intervensi
· Jika mungkin, gunakan prosedur-prosedur (misal pemantauan
suhu non invasif, alat
akses vena
akses vena
Rasional : untuk meminimalkan rasa
tidak aman
· Evaluasi efektifitas penghilang nyeri dengan derajat
kesadaran dan sedasi
Rasional : untuk menentukan kebutuhan perubahan dosis. Waktu pemberian atau obat
Rasional : untuk menentukan kebutuhan perubahan dosis. Waktu pemberian atau obat
· Lakukan teknik pengurangan nyeri non farmakologis yang tepat
Rasional : sebagai analgetik tambahan
· Berikan obat-obat anti nyeri secara teratur
Rasional : untuk mencegah kambuhnya
nyeri
h) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian
agens kemoterapi, radioterapi, imobilitas.
Tujuan : pasien mempertahankan
integritas kulit
Intervensi :
· Berikan perawatan kulit yang cemat, terutama di dalam mulut
dan daerah perianal
Rasional : karena area ini cenderung mengalami ulserasi
Rasional : karena area ini cenderung mengalami ulserasi
· Ubah posisi dengan sering
Rasional : untuk merangsang sirkulasi
dan mencegah tekanan pada kulit
· Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan
Rasional : mempertahankan kebersihan
tanpa mengiritasi kulit
· Kaji kulit yang kering terhadap efek samping terapi kanker
Rasional : efek kemerahan atau kulit
kering dan pruritus, ulserasi dapat terjadi dalam area radiasi pada beberapa
agen kemoterapi
· Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk dan menepuk kulit yang
kering.
Rasional : membantu mencegah friksi
atau trauma kulit.
· Dorong masukan kalori protein yang adekuat
Rasional : untuk mencegah keseimbangan
nitrogen yang negatif
· Pilih pakaian yang longgar dan lembut diatas area yang
teradiasi
Rasional : untuk meminimalkan iritasi tambahan
Rasional : untuk meminimalkan iritasi tambahan
i) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau
perubahan cepat pada
penampilan
Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan perilaku koping positif
penampilan
Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan perilaku koping positif
Intervensi :
· Dorong anak untuk memilih wig (anak perempuan) yang serupa
gaya dan warna rambut anak sebelum rambut mulai rontok
Rasional : untuk membantu mengembangkan
penyesuaian rambut terhadap kerontokan rambut
· Berikan penutup kepala yang adekuat selama pemajanan pada
sinar matahari, angin atau dingin
Rasional : karena hilangnya
perlindungan rambut
· Anjurkan untuk menjaga agar rambut yang tipis itu tetap
bersih, pendek dan halus
Rasional : untuk menyamarkan kebotakan parsial
Rasional : untuk menyamarkan kebotakan parsial
· Jelaskan bahwa rambut mulai tumbuh dalam 3 hingga 6 bulan
dan mungkin warna atau teksturnya agak berbeda.
Rasional : untuk menyiapkan anak dan
keluarga terhadap perubahan penampilan rambut baru
· Dorong hygiene, berdan, dan alat alat yang sesuai dengan
jenis kelamin , misalnya wig, skarf, topi, tata rias, dan pakaian yang menarik
Rasional : untuk meningkatkan
penampilan.
j) Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai
anak yang menderita leukemia
Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan pengetahuan tentang prosedur diagnostic atau terapi
Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan pengetahuan tentang prosedur diagnostic atau terapi
Intervensi :
· Jelaskan alasan
setiap prosedur yang akan dilakukan pda anak
Rasional : untuk
meminimalkan kekhawatiran yang tidak perlu
· Jadwalkan waktu agar
keluarga dapat berkumpul tanpa gangguan dari staff
Rasional : untuk
mendorong komunikasi dan ekspresi perasaan
· Bantu keluarga merencanakan masa depan, khususnya dalam
membantu anak menjalani
kehidupan yang normal
Rasional : untuk meningkatkan
perkembangan anak yang optimal
· Dorong keluarga untuk mengespresikan perasaannya mengenai
kehidupan anak sebelum diagnosa dan prospek anak untuk bertahan hidup
Rasional : memberikan kesempatan pada
keluarga untuk menghadapi rasa takut secara realistis
· Diskusikan bersama keluarga bagaimana mereka memberitahu
anak tentang hasil tindakan dan kebutuhan terhadap pengobatan dan kemungkinan
terapi tambahan
Rasional : untuk mempertahankan komunikasi yang terbuka dan jujur
Rasional : untuk mempertahankan komunikasi yang terbuka dan jujur
· Hindari untuk menjelaskan hal-hal yang tidak sesuai dengan
kenyataan yang ada
Rasional : untuk mencegah bertambahnya rasa khawatiran keluarga
Rasional : untuk mencegah bertambahnya rasa khawatiran keluarga
k) Antisipasi berduka berhubungan dengan perasaan potensial
kehilangan anak
Tujuan : pasien atau keluarga menerima dan mengatasi kemungkinan kematian anak
Tujuan : pasien atau keluarga menerima dan mengatasi kemungkinan kematian anak
Intervensi :
· Kaji tahapan berduka terhadap anak dan keluarga
Rasional : pengetahuan tentang proses
berduka memperkuat normalitas perasaan atau reaksi terhadap apa yang dialami
dan dapat membantu pasien dan keluarga lebih efektif menghadapi kondisinya
· Berikan kontak yang konsisten pada keluarga
Rasional : untuk menetapkan hubungan
saling percaya yang mendorong komunikasi
· Bantu keluarga merencanakan perawatan anak, terutama pada
tahap terminal
Rasional : untuk meyakinkan bahwa harapan mereka diimplementasikan
Rasional : untuk meyakinkan bahwa harapan mereka diimplementasikan
· Fasilitasi anak untuk mengespresikan perasaannya melalui
bermain
Rasional : memperkuat normalitas perasaan atau reaksi terhadap apa yang dialami.
Rasional : memperkuat normalitas perasaan atau reaksi terhadap apa yang dialami.
DAFTAR PUSTAKA
·
Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester,
dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC; 2001.
·
Doenges, Marilynn E. Nursing Care Plans:
Guidelines For Planning And Documenting Patient Care. Alih Bahasa I Made Kariasa. Ed.Jakarta : EGC;
19994.
·
Price, Sylvia Anderson. Pathophysiology :
Clinical Concepts Of Disease Processes. Alih Bahasa Peter Anugrah. Ed.Jakarta :
EGC; 19945.
·
Reeves, Charlene J et al. Medical-Surgical
Nursing. Alih Bahasa Joko Setyono. Ed. I. Jakarta : Salemba Medika; 2001
·
Susan Martin Tucker, Mary M. Canabbio, Eleanor Yang
Paquette, Majorie Fife Wells,1998, Standar Perawatan Pasien, volume 4, EGC
·
Abdoerrachman MH, dkk, 1998, Ilmu Kesehatan Anak, Buku
I, penerbit Fakultas
Kedokteran UI, Jakarta.
Kedokteran UI, Jakarta.
·
Anna Budi Keliat, SKp, MSc., 1994, Proses Keperawatan, EGC.
·
Marilynn E. Doenges, Mary Prances Moorhouse, Alice C.
Beissler, 1993, Rencana
Asuhan Keperawatan, EGC.
Asuhan Keperawatan, EGC.
·
Rosa M Sacharin, 1996, Prinsip Keperawatan Pediatrik,
edisi 2, Jakarta
·
Soeparman, Sarwono Waspadji, 1998, Ilmu Penyakit Dalam,
jilid II, Balai Penerbit
FKUI, Jakarta.
FKUI, Jakarta.